Sebagian
bapak dan ibu menyikapi keresahan dan pertanyaan anak remajanya secara
tidak rasional dan tidak proporsional serta tidak berusaha menjaga
kehormatannya. Sikap negatif ini pada hakikatnya merupakan bentuk
ekspresi kasih sayang dari orang tua, namun ini justru menambah masalah
bagi pemuda yang sedang berusaha mengenal dan menemuk
an jati dirinya. Sikap ini dimaknai oleh seorang remaja secara negatif dimana ia menilai bahwa orang tuanya tidak bisa merasakan dan memahami kondisinya. Keadaan seperti ini kemudian berakibat pada ketidakharmonisan hubungan antara remaja dan keluarganya. Padahal dalam psikologi telah ditetapkan bahwa keresahan pikiran, rasa ingin tahu, berusaha berpikir secara matang dan penuh pertimbangan, memiliki pelbagai keyakinan dan pandangan merupakan varian dari tahap sebuah perkembangan dimana hal ini secara alami terjadi dalam pembentukan pengetahuan dan keyakinan seorang pemuda. Karena itu, kondisi alami ini seyogiyanya tidak harus mencemaskan kedua orang tua dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, tapi mereka justru harus memberikan ruang dan kesempatan yang cukup hingga identitas, pemikiran dan keyakinan kaum remaja bisa terbentuk secara alami. Karena, masa ini merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan dan perkembangan jasmani, pemikiran, dan kejiwaan, dan pengalaman baru, suka menyendiri, ingin bebas serta masa pencarian jati diri. Maka, ragu-ragu, waswas dan kritis terhadap pelbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi yang tahan banting dan tidak membebek saja (baca: taklid buta semata).
an jati dirinya. Sikap ini dimaknai oleh seorang remaja secara negatif dimana ia menilai bahwa orang tuanya tidak bisa merasakan dan memahami kondisinya. Keadaan seperti ini kemudian berakibat pada ketidakharmonisan hubungan antara remaja dan keluarganya. Padahal dalam psikologi telah ditetapkan bahwa keresahan pikiran, rasa ingin tahu, berusaha berpikir secara matang dan penuh pertimbangan, memiliki pelbagai keyakinan dan pandangan merupakan varian dari tahap sebuah perkembangan dimana hal ini secara alami terjadi dalam pembentukan pengetahuan dan keyakinan seorang pemuda. Karena itu, kondisi alami ini seyogiyanya tidak harus mencemaskan kedua orang tua dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, tapi mereka justru harus memberikan ruang dan kesempatan yang cukup hingga identitas, pemikiran dan keyakinan kaum remaja bisa terbentuk secara alami. Karena, masa ini merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan dan perkembangan jasmani, pemikiran, dan kejiwaan, dan pengalaman baru, suka menyendiri, ingin bebas serta masa pencarian jati diri. Maka, ragu-ragu, waswas dan kritis terhadap pelbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi yang tahan banting dan tidak membebek saja (baca: taklid buta semata).
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Masa remaja yang penuh gejolak ini akan tumbuh secara sehat dan benar bila kita memperhatikan penjelasan berikut ini:
Masa
remaja berada di antara masa dewasa dan anak-anak. Seorang ABG (anak
baru gede) tidak mau lagi dianggap sebagai “anak ingusan” yang melahap
dan menerima apa saja secara mentah-mentah perkataan orang dewasa dan ia
tidak boleh diposisikan sebagai orang dewasa yang mampu mengkaji
segalah fenomena/peristiwa dengan kejelian analisa dan kematangan
pikirannya. Bagaimanapun ia tetap menyandang predikat sebagai seorang
remaja atau ABG. Menurut pandangan para psikolog, remaja dari sisi
pengetahuan mampu memahami dan menjangkau masalah-masalah seperti
mazhab, moral, dan gaya kehidupan yang beraneka ragam lalu menilainya
secara sistematis dan argumentatif dimana ia dapat membandingkan
plus-minus pelbagai solusi yang ada, sehingga akhirnya ia akan menemukan
jawaban yang paling tepat. Dengan demikian jangkauan pemikirannya
menjadi lebih luas dan mendalam. Namun dengan segala kemajuan pola
pikir, cara menganalisa masalah, dan mengambil keputusan, si anak remaja
dari segi kematangan dan kekuatan berpikir masih mengalami masa
transisi dari tahap anak-anak menuju masa dewasa. Dengan kata lain,
bahwa benar seorang remaja sedang mengalami perkembangan cukup pesat,
tapi ia belum sampai pada titik kematangan hingga mampu bersandar pada
pandangan pribadi dan argumentasi yang dikemukakannya. Seorang remaja
terlalu prematur untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang
rumit dengan hanya mengandalkan pengalaman pribadi dan seluruh pontensi
psikologisnya (buah pikiran, motivasi, nilai-nilai, pemahaman sosial,
budaya dan sejarah). Jadi, kebiasan kalangan remaja yang meragukan
pelbagai prinsip kehidupan merupakan sebuah pengantar untuk memperluas
dan memperdalam prinsip-prinsip tersebut dan hal semacam ini tidak perlu
dicemaskan.
Masa remaja masa pencarian jati diri
Masa
remaja begitu penting karena ia merupakan masa pencarian jati diri.
Pada masa ini, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan
“identitas” dirinya (siapa saya). Pertanyaan ini harus terjawab.
Seseorang harus berkaca pada dirinya sendiri. Yakni, di samping ia
berhubungan dengan masa lalu, ia juga berkaitan dengan masa depan.
Ericson berkata: Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang
sangat sulit dan penuh resiko. Remaja di usai ini harus belajar dan
memilih ideologi yang benar dari pelbagai ideologi yang disodorkan
padanya. Orang-orang yang sukses dalam tahapan ini dan memiliki jati
diri yang kuat akan siap menghadapi masa depannya dengan perasaan yang
tenang dan kepercayaan diri yang tinggi. Di usia-sia seperti ini,
kelompok masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk karakter remaja.
Kelompok masyarakat mampu mengontrol dan mempengaruhi perkembangan jati
diri para remaja. Karena itu, teman, pemilihan tokoh teladan dalam agama
atau non-agama dan gaya kehidupan sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter dan perilaku kalangan remaja. Dengan demikian peluang
pengembangan diri bagi remaja sangat terbuka lebar. Masa remaja
merupakan masa untuk mengenal diri dan mengenal Sang Pencipta. Karena di
masa remaja seseorang dapat mengaraungi tangga kehidupan dengan mudah
dan enerjik maka ia perlu berpikir sebelum bertindak dan bermusawarah
dengan orang penyayang dan berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir
dalam pencarian jati dirinya.
Bagaimana Seorang Remaja Membantu Dirinya Sendiri?
Supaya
remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat
yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat,
maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini:
Belajar
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas
merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat
membantunya dalam mengaraungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah
instrument penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab
agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang
kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang
Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna
kehidupan yang hakiki.
Berpikir
Ilmu
adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan
sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain,
kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi
yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam
mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
Iman
Yang
dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan Pencipta
alam semesta dan menerima dan menaati segala perintah dan
firman-firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang maka manifestasinya
semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu,
barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai
pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki
pelindung.
Berbuat Baik
Berbuat
baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya
sebagaimana disinggung dalam Al-Quran bahwa perbuatan baik menyebabkan
perkembangan dan penyempurnaan pelbagai potensi orang mukmin yang
terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki
pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu dan iman.
Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban
agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik
dan mencegah dari perbuatan amoral. Melaksanakan kewajiban Ilahi selain
memotivasi perkembangan dalam diri kita, juga melatih merasakan
kehadiran Tuhan dalam kehidupan, meningkatkan dasar iman dan memperkuat
pandangan dan komitmen keberagamaan seseorang. Kiranya semua ini dapat
menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar
dalam menghadapi pelbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal
kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.
Kesimpulan
Kita
mengetahui bahwasanya masa remaja adalah masa penuh pergolakan
pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran di saat itu belum begitu
kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Seandainya
kita membantu mereka dalam mengembangkan keilmuan, berpikir secara sehat
dan jernih dan berbuat amal kebajikan serta mengingat Allah dalam semua
aktifitas yang mereka geluti, maka mereka mampu mengapai kemajuan di
bidang agama, pola pikir, moral, sosial dan sebagainya.
Sumber: http://www.taqrib.info
Sumber: http://www.taqrib.info
Comments