Potret Generasi Muda Idaman Islam

Umat Islam masih terus berhadapan dengan banyak tantangan. Tantangan-tantangan ini menjadikan semua unsur jati diri umat sebagai sasarannya. Media-media kita juga terperangkap dalam dampak negatif media materialisme Barat, yaitu provokasi, amoralitas, penyebaran isu, dan pengaburan fakta. Semua ini sangat jauh dari karakteristik qurani sebuah media sejati.
Terkait budaya dan persoalan-persoalan kebudayaan kita pun, dengan sangat menyesal harus dikatakan bahwa persoalan kebudayaan kita juga telah menjauh dari nilai-nilai Alquran dan agama.
Kini, saat kita berada di era kebangkitan Islam, semua penanggung jawab dalam urusan media dan budaya mesti melakukan perencanaan matang untuk kembali kepada nilai-nilai agama dan menciptakan masa depan dengan visi tercerahkan dan semangat yang lebih tinggi.
Kita mesti mengembalikan identitas generasi muda kepada mereka sesuai ajaran Islam dan sirah Nabi saw. Nabi saw mencurahkan perhatian khusus terhadap masalah ini dan mengajarkan beragam cara untuk mewujudkan tujuan ini.
Islam menghendaki keseimbangan dari manusia dalam memandang realita dan menyikapinya. Islam menuntut manusia untuk selalu memanfaatkan tiap kesempatan yang dimilikinya, karena kesempatan tak bisa diperoleh tiap saat lantaran perubahan situasi dan kondisi.
Terkait hal ini, Imam Ali as berkata,”Manfaatkan masa mudamu sebelum masa tuamu dan saat sehatmu sebelum saat sakitmu.”
Beliau juga mengatakan,”Alangkah singkatnya jarak antara dunia dan akhirat, juga antara masa tua dan masa muda.”
Masa muda adalah salah satu kesempatan yang harus digunakan sebaik-baiknya. Ini adalah tahap dimana semua dimensi kepribadian manusia terbentuk dalam bingkai rasionalitas dan pembinaan yang berakar pada jiwa. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya masa muda, sebagaimana yang dinyatakan dalam riwayat-riwayat berikut ini:
“Tobat itu baik, dan lebih baik jika dilakukan di masa muda.”
“Allah akan menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk menyembah-Nya.” (Nabi saw)
“Sesiapa yang mempelajari Alquran di masa muda, maka Alquran akan meresap dalam darah dan dagingnya.” (Nabi saw)
“Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati-Nya.” (Nabi saw)
Ya, Allah menghendaki agar pemuda menjadi simbol kekuatan dan keindahan, baik secara lahiriah atau batiniah. Imam Hasan Askari as berkata,”Ketampanan adalah keindahan lahiriah, dan akal adalah keindahan batiniah.”
Menyifati Fatimah az-Zahra as, Nabi saw bersabda,”Allah menciptakan semua anggota tubuh putriku, dari otak hingga tulang, penuh dengan iman.” Beliau juga pernah bersabda,”Dari mulai otak hingga tulang, Ammar bin Yasir dipenuhi oleh iman.”
Dalam kisah Nabi Yusuf as, kita melihat perpaduan antara keindahan jasmani, Demi Tuhan, ini bukan manusia, tapi malaikat yang mulia (Yusuf:31), dan keindahan ruhani. Kendati berada dalam penjara, Nabi Yusuf as tetap mengajak selainnya untuk beriman kepada Allah, Wahai kedua teman sepenjaraku, mana yang lebih baik: tuhan-tuhan yang berpisah, atau Allah Yang Mahaesa dan Mahakuasa (Yusuf:39). Di saat yang sama, beliau adalah pemuda yang menahan diri dari maksiat, meski menghadapi godaan dan rayuan, Dan dia (Zulaikha) menutup pintu-pintu dan berkata: Datanglah kepadaku. Yusuf berkata: Aku berlindung kepada Allah. Dia telah mengangkat kedudukanku. Sesungguhnya orang-orang zalim tak akan beruntung (Yusuf: 23). Kepribadian Nabi Yusuf as yang mulia ini tetap terjaga meski beliau telah memegang kendali kekuasaan di Mesir, Tuhanku, Engkau telah memberiku kekuasaan dan mengajariku takwil mimpi. Wahai pencipta langit dan bumi, Engkau adalah penguasaku di dunia dan akhirat. Matikan aku sebagai orang yang berserah diri dan sertakan aku bersama orang-orang saleh (Yusuf: 101).
Metode Pembinaan Islam Demi Mencetak Generasi Muda Ideal
Literatur-literatur Islam menggunakan semua sarana untuk memahamkan pentingnya masa muda. Berikut adalah sarana-sarana yang disebutkan dalam literatur-literatur Islam:
1. Memperlihatkan bimbingan langsung yang memotivasi generasi muda untuk menghubungkan emosi dan keyakinan serta menata perilaku mereka berasaskan dua hal ini: Hal ini terefleksikan dalam wejangan Luqman kepada putranya, Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 13-19)
2. Penekanan akan nilai sifat-sifat ini: Literatur-literatur Islam menyebutkan pengaruh sifat-sifat ini pada diri manusia, seperti sabda Nabi saw,”Allah menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk beribadah kepada-Nya.”
Beliau juga bersabda,”Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati Allah.”
Imam Baqir as berkata,”Tiap kali ayahku melihat para pemuda yang menuntut ilmu, ia mendekatkan mereka kepadanya dan berkata,’Selamat bagi kalian! Kalian adalah penyimpan ilmu. Tak lama lagi, kalian yang sekarang bukan apa-apa, akan menjadi mulia di kemudian hari.’”
3. Menunjukkan teladan agung bagi generasi muda: Beberapa ayat dan riwayat menegaskan bahwa semua nabi terpilih sebagai utusan Allah saat menginjak usia muda:
Dan saat ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. (Yusuf: 22)
Mereka berkata: Kami mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim yang menyebut-nyebut mereka (berhala-berhala). (al-Anbiya`: 60)
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda,”Semua nabi diutus Allah saat mereka menginjak usia muda.”
Beliau juga bersabda,”Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali saat ia masih berusia muda. Tak ada orang berilmu kecuali ia telah belajar di masa mudanya.”
Dalam riwayat lain, beliau bersabda,”Wahai keluarga Abdul Muthalib! Demi Allah, aku tidak melihat di tengah kaum Arab seorang pemuda yang membawakan sesuatu bagi kaumnya lebih baik dari yang kubawa bagi kalian. Aku membawakan kebaikan dunia dan akhirat untuk kalian.”
Para nabi sendiri memiliki perilaku yang patut diteladani. Salah satunya adalah Ibrahim as, yang dideskripsikan Alquran seperti berikut, Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?" Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". (al-Anbiya`: 51-54)
Nabi Ibrahim as adalah contoh manusia yang bertauhid, ikhlas, teguh, yakin kepada Allah, dan penyabar. Nabi Ismail as juga seorang pemuda beriman yang menyatakan kesabarannya dikorbankan demi melaksanakan perintah Allah, Dan Ismail berkata: “Wahai Ayah, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, dengan kehendak Allah kau akan mendapatkanku sebagai orang yang bersabar. (as-Shaffat: 102)
Tentang pribadi Nabi Yusuf as, Allah berfirman, Demikianlah agar Kami memalingkannya dari kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf: 24)
Ada pula Nabi Musa as, yang tidak mabuk oleh kekuatannya. Bahkan, beliau menggunakannya untuk melakukan perbuatan baik dan menyatakan ketergantungannya kepada Allah, Kemudian Musa memberi air untuk (ternak) kedua wanita itu, lalu ia kembali ke bawah bayangan dan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Kau turunkan kepadaku. (al-Qashash: 24)
Ada pula Ashabul Kahfi; para pemuda yang menolak masyarakat kafir mereka, Kami ceritakan kepadamu berita sebenarnya tentang mereka. Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka. (al-Kahfi: 13)
Teladan teragung adalah Nabi Muhammad saw, yang disifati Allah sebagai berikut, Dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian, bagi orang yang mengharap Allah dan Hari Akhir serta banyak mengingat-Nya. (al-Ahzab: 21)
Diriwayatkan bahwa beliau bersabda,”Aku adalah orang mulia, putra orang mulia, dan saudara orang mulia.”
Beliau menghimpun semua sifat terpuji dalam dirinya, sampai-sampai Allah berfirman tentang beliau, Sesungguhnya kau memiliki akhlak yang agung. (al-Qalam: 4)
4. Penekanan akan tanggung jawab generasi muda terhadap masa muda mereka: Terkait hal ini, Nabi saw bersabda,”Di hari kiamat, para hamba akan ditanya tentang bagaimana mereka menghabiskan umur dan masa muda mereka.”
Imam Ali as berkata,”Sesiapa yang tidak berusaha di masa mudanya, maka dia tak akan menjadi mulia di masa tuanya.”
5. Dalam rangka menekankan pentingnya peran generasi muda, Nabi saw menempatkan beberapa pemuda dalam pos-pos penting. Di antaranya:
a. Sebelum hijrah, Nabi saw mengutus Mush`ab bin Umair ke Madinah sebagai wakilnya untuk mengajarkan Alquran kepada muslimin di sana. Mush`ab adalah orang pertama yang menyelenggarakan salat Jumat di Madinah.
b. Nabi saw mengangkat `Utab bin Usaid sebagai gubernur Makkah pasca penaklukan Hunain. Saat itu, usianya tidak lebih dari dua puluh satu tahun.
c. Nabi saw mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan untuk memerangi Romawi. Di tengah pasukannya, terdapat beberapa tokoh Muhajirin dan Anshar. Usamah waktu itu baru berusia delapan belas tahun.
d. Ketika Nabi saw pergi menuju Tabuk, beliau mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya di Madinah. Beliau bersabda kepada Ali,”Apakah kau suka memiliki kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?”
e. Pasca penaklukan Makkah, Nabi saw menjadikan Mu`adz bin Jabal sebagai pembimbing fikih dan sunnah.
6. Literatur-literatur Islam melalui kisah Nabi Musa as dan hamba saleh yang membunuh remaja yang menyesatkan ayah dan ibunya (al-Kahfi:80), mengajak kita untuk berlepas diri dari generasi muda yang menyimpang.
7. Di saat yang sama, Islam mendorong masyarakat dan orangtua untuk mendidik anak saleh dan tidak durhaka. Terkait hal ini, Nabi saw bersabda,”Allah melaknat orangtua yang membuat anak mereka menjadi durhaka.” Beliau juga bersabda,”Aku menasihati kalian untuk memerhatikan para pemuda, sebab hati mereka lebih rapuh ketimbang yang lain.”
8. Islam mengajak generasi muda untuk memilih teman yang baik dan berakhlak mulia serta menjauhi orang-orang yang menyimpang. Imam Ali Sajjad as berkata kepada putranya,”Hindarilah berteman dengan pembohong, karena dia ibarat fatamorgana; dia menjauhkan yang dekat darimu dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”
Penulis: Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri/http://www.taqrib.info/

Comments