Terkait
budaya dan persoalan-persoalan kebudayaan kita pun, dengan sangat
menyesal harus dikatakan bahwa persoalan kebudayaan kita juga telah
menjauh dari nilai-nilai Alquran dan agama.
Kini,
saat kita berada di era kebangkitan Islam, semua penanggung jawab dalam
urusan media dan budaya mesti melakukan perencanaan matang untuk
kembali kepada nilai-nilai agama dan menciptakan masa depan dengan visi
tercerahkan dan semangat yang lebih tinggi.
Kita
mesti mengembalikan identitas generasi muda kepada mereka sesuai ajaran
Islam dan sirah Nabi saw. Nabi saw mencurahkan perhatian khusus
terhadap masalah ini dan mengajarkan beragam cara untuk mewujudkan
tujuan ini.
Islam
menghendaki keseimbangan dari manusia dalam memandang realita dan
menyikapinya. Islam menuntut manusia untuk selalu memanfaatkan tiap
kesempatan yang dimilikinya, karena kesempatan tak bisa diperoleh tiap
saat lantaran perubahan situasi dan kondisi.
Terkait hal ini, Imam Ali as berkata,”Manfaatkan masa mudamu sebelum masa tuamu dan saat sehatmu sebelum saat sakitmu.”
Beliau juga mengatakan,”Alangkah singkatnya jarak antara dunia dan akhirat, juga antara masa tua dan masa muda.”
Masa
muda adalah salah satu kesempatan yang harus digunakan sebaik-baiknya.
Ini adalah tahap dimana semua dimensi kepribadian manusia terbentuk
dalam bingkai rasionalitas dan pembinaan yang berakar pada jiwa. Oleh
karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya masa muda, sebagaimana
yang dinyatakan dalam riwayat-riwayat berikut ini:
“Tobat itu baik, dan lebih baik jika dilakukan di masa muda.”
“Allah akan menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk menyembah-Nya.” (Nabi saw)
“Sesiapa yang mempelajari Alquran di masa muda, maka Alquran akan meresap dalam darah dan dagingnya.” (Nabi saw)
“Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati-Nya.” (Nabi saw)
Ya,
Allah menghendaki agar pemuda menjadi simbol kekuatan dan keindahan,
baik secara lahiriah atau batiniah. Imam Hasan Askari as
berkata,”Ketampanan adalah keindahan lahiriah, dan akal adalah keindahan
batiniah.”
Menyifati
Fatimah az-Zahra as, Nabi saw bersabda,”Allah menciptakan semua anggota
tubuh putriku, dari otak hingga tulang, penuh dengan iman.” Beliau juga
pernah bersabda,”Dari mulai otak hingga tulang, Ammar bin Yasir
dipenuhi oleh iman.”
Dalam kisah Nabi Yusuf as, kita melihat perpaduan antara keindahan jasmani, Demi Tuhan, ini bukan manusia, tapi malaikat yang mulia
(Yusuf:31), dan keindahan ruhani. Kendati berada dalam penjara, Nabi
Yusuf as tetap mengajak selainnya untuk beriman kepada Allah, Wahai kedua teman sepenjaraku, mana yang lebih baik: tuhan-tuhan yang berpisah, atau Allah Yang Mahaesa dan Mahakuasa (Yusuf:39). Di saat yang sama, beliau adalah pemuda yang menahan diri dari maksiat, meski menghadapi godaan dan rayuan, Dan
dia (Zulaikha) menutup pintu-pintu dan berkata: Datanglah kepadaku.
Yusuf berkata: Aku berlindung kepada Allah. Dia telah mengangkat
kedudukanku. Sesungguhnya orang-orang zalim tak akan beruntung
(Yusuf: 23). Kepribadian Nabi Yusuf as yang mulia ini tetap terjaga
meski beliau telah memegang kendali kekuasaan di Mesir, Tuhanku, Engkau
telah memberiku kekuasaan dan mengajariku takwil mimpi. Wahai
pencipta langit dan bumi, Engkau adalah penguasaku di dunia dan akhirat.
Matikan aku sebagai orang yang berserah diri dan sertakan aku bersama
orang-orang saleh (Yusuf: 101).
Metode Pembinaan Islam Demi Mencetak Generasi Muda Ideal
Literatur-literatur
Islam menggunakan semua sarana untuk memahamkan pentingnya masa muda.
Berikut adalah sarana-sarana yang disebutkan dalam literatur-literatur
Islam:
1.
Memperlihatkan bimbingan langsung yang memotivasi generasi muda untuk
menghubungkan emosi dan keyakinan serta menata perilaku mereka
berasaskan dua hal ini: Hal ini terefleksikan dalam wejangan Luqman
kepada putranya, Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 13-19)
2.
Penekanan akan nilai sifat-sifat ini: Literatur-literatur Islam
menyebutkan pengaruh sifat-sifat ini pada diri manusia, seperti sabda
Nabi saw,”Allah menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk
beribadah kepada-Nya.”
Beliau juga bersabda,”Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati Allah.”
Imam
Baqir as berkata,”Tiap kali ayahku melihat para pemuda yang menuntut
ilmu, ia mendekatkan mereka kepadanya dan berkata,’Selamat bagi kalian!
Kalian adalah penyimpan ilmu. Tak lama lagi, kalian yang sekarang bukan
apa-apa, akan menjadi mulia di kemudian hari.’”
3.
Menunjukkan teladan agung bagi generasi muda: Beberapa ayat dan riwayat
menegaskan bahwa semua nabi terpilih sebagai utusan Allah saat
menginjak usia muda:
Dan saat ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. (Yusuf: 22)
Mereka berkata: Kami mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim yang menyebut-nyebut mereka (berhala-berhala). (al-Anbiya`: 60)
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda,”Semua nabi diutus Allah saat mereka menginjak usia muda.”
Beliau
juga bersabda,”Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali saat ia masih
berusia muda. Tak ada orang berilmu kecuali ia telah belajar di masa
mudanya.”
Dalam
riwayat lain, beliau bersabda,”Wahai keluarga Abdul Muthalib! Demi
Allah, aku tidak melihat di tengah kaum Arab seorang pemuda yang
membawakan sesuatu bagi kaumnya lebih baik dari yang kubawa bagi kalian.
Aku membawakan kebaikan dunia dan akhirat untuk kalian.”
Para
nabi sendiri memiliki perilaku yang patut diteladani. Salah satunya
adalah Ibrahim as, yang dideskripsikan Alquran seperti berikut, Dan
sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum (Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya.
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?" Mereka
menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan
yang nyata". (al-Anbiya`: 51-54)
Nabi
Ibrahim as adalah contoh manusia yang bertauhid, ikhlas, teguh, yakin
kepada Allah, dan penyabar. Nabi Ismail as juga seorang pemuda beriman
yang menyatakan kesabarannya dikorbankan demi melaksanakan perintah
Allah, Dan Ismail berkata: “Wahai Ayah, laksanakan apa yang
diperintahkan kepadamu, dengan kehendak Allah kau akan mendapatkanku
sebagai orang yang bersabar. (as-Shaffat: 102)
Tentang pribadi Nabi Yusuf as, Allah berfirman, Demikianlah agar Kami memalingkannya dari kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf: 24)
Ada
pula Nabi Musa as, yang tidak mabuk oleh kekuatannya. Bahkan, beliau
menggunakannya untuk melakukan perbuatan baik dan menyatakan
ketergantungannya kepada Allah, Kemudian Musa memberi air untuk (ternak)
kedua wanita itu, lalu ia kembali ke bawah bayangan dan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Kau turunkan kepadaku. (al-Qashash: 24)
Ada
pula Ashabul Kahfi; para pemuda yang menolak masyarakat kafir mereka,
Kami ceritakan kepadamu berita sebenarnya tentang mereka. Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka. (al-Kahfi: 13)
Teladan teragung adalah Nabi Muhammad saw, yang disifati Allah sebagai berikut, Dalam
diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian, bagi orang yang
mengharap Allah dan Hari Akhir serta banyak mengingat-Nya. (al-Ahzab: 21)
Diriwayatkan bahwa beliau bersabda,”Aku adalah orang mulia, putra orang mulia, dan saudara orang mulia.”
Beliau menghimpun semua sifat terpuji dalam dirinya, sampai-sampai Allah berfirman tentang beliau, Sesungguhnya kau memiliki akhlak yang agung. (al-Qalam: 4)
4.
Penekanan akan tanggung jawab generasi muda terhadap masa muda mereka:
Terkait hal ini, Nabi saw bersabda,”Di hari kiamat, para hamba akan
ditanya tentang bagaimana mereka menghabiskan umur dan masa muda
mereka.”
Imam Ali as berkata,”Sesiapa yang tidak berusaha di masa mudanya, maka dia tak akan menjadi mulia di masa tuanya.”
5.
Dalam rangka menekankan pentingnya peran generasi muda, Nabi saw
menempatkan beberapa pemuda dalam pos-pos penting. Di antaranya:
a.
Sebelum hijrah, Nabi saw mengutus Mush`ab bin Umair ke Madinah sebagai
wakilnya untuk mengajarkan Alquran kepada muslimin di sana. Mush`ab
adalah orang pertama yang menyelenggarakan salat Jumat di Madinah.
b.
Nabi saw mengangkat `Utab bin Usaid sebagai gubernur Makkah pasca
penaklukan Hunain. Saat itu, usianya tidak lebih dari dua puluh satu
tahun.
c.
Nabi saw mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan untuk
memerangi Romawi. Di tengah pasukannya, terdapat beberapa tokoh
Muhajirin dan Anshar. Usamah waktu itu baru berusia delapan belas tahun.
d.
Ketika Nabi saw pergi menuju Tabuk, beliau mengangkat Ali bin Abi
Thalib sebagai penggantinya di Madinah. Beliau bersabda kepada
Ali,”Apakah kau suka memiliki kedudukan di sisiku seperti kedudukan
Harun di sisi Musa?”
e. Pasca penaklukan Makkah, Nabi saw menjadikan Mu`adz bin Jabal sebagai pembimbing fikih dan sunnah.
6.
Literatur-literatur Islam melalui kisah Nabi Musa as dan hamba saleh
yang membunuh remaja yang menyesatkan ayah dan ibunya (al-Kahfi:80),
mengajak kita untuk berlepas diri dari generasi muda yang menyimpang.
7.
Di saat yang sama, Islam mendorong masyarakat dan orangtua untuk
mendidik anak saleh dan tidak durhaka. Terkait hal ini, Nabi saw
bersabda,”Allah melaknat orangtua yang membuat anak mereka menjadi
durhaka.” Beliau juga bersabda,”Aku menasihati kalian untuk memerhatikan
para pemuda, sebab hati mereka lebih rapuh ketimbang yang lain.”
8.
Islam mengajak generasi muda untuk memilih teman yang baik dan
berakhlak mulia serta menjauhi orang-orang yang menyimpang. Imam Ali
Sajjad as berkata kepada putranya,”Hindarilah berteman dengan pembohong,
karena dia ibarat fatamorgana; dia menjauhkan yang dekat darimu dan
mendekatkan yang jauh kepadamu.”
Penulis: Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri/http://www.taqrib.info/
Comments