Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus
mendapatkan perhatian dari orang tuanya secara serius, terutama dalam
hal pendidikan mereka, agar kelak menjadi anak shaleh dan shalehah.
Marilah kita tanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti yang luhur
sedini mungkin agar mereka menjadi generasi yang berkualitas dan
berakhlak mulia yang sanggup mengatasi tantangan kehidupan dizamannya,
karena mereka akan hidup disuatu zaman yang berbeda dengan zaman kita.
Saat ini kita perlu merasa perihatin dengan munculnya beberapa kasus
yang menimpa generasi muda ditanah air kita, di mana pada usia yang
masih belia, bahkan masih dalam kategori anak-anak, telah terjadi
perilaku-perilaku yang tidak lagi bisa dikatagorikan sebagai bentuk
“kenakalan” pada umumnya, melainkan sudah menjerumus pada prilaku
kriminal. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan
meneruskan perjuangan kita; generasi yang akan menjadi bagian dari
potret tanah air Indonesia di massa yang datang. Realitas ini harus kita
sikapi secara serius, karena jika tidak, maka kiranya bukanlah suatu
hal yang mustahil kasus-kasus seperti itu akan menjalar dan menjangkit
mengenai lingkungan kita.
Marilah kita kembali kepada konsep ajaran agama Islam yang memandang
anak sebagai amanah atau titipan Allah yang harus dijaga dan
diperhatikan dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam hal pendidikan dan
juga mengenai hal yang lainnya. Memang di zaman sekarang tantangan yang
dihadapi begitu besar dan berat, mendidik anak ibarat menggiring domba
ditengah kawanan serigala, sedikit lengah , habislah domba itu di
mangsanya.
Dalam usia-usia dimana mereka belum stabil dan belum pula memiliki
ketahanan, mereka masih dalam proses mencari bentuk dan sangat mudah
terpengaruh oleh teman-teman dan lingkungannya, mereka akan mencari
alternatif yang mereka jumpai di sekitarnya yang seringkali
mengesampingkan pertimbangan moral. Maka kita harus hati-hati dalam
menawarkan figur-figur yang akan menjadi pilihan mereka.
Sebagai orang tua atau guru, kita harus benar-benar mampu memeberikan
alternatif terbaik, agar kepribadian yang mereka miliki juga baik. Dan
harus disadari benar bahwa dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang
tidak saja besar, tetapi juga menentukan.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa setiap anak
dilahirkan dalam kondisi fitrah atau suci, adapun ia akan menjadi Yahudi
atau Nasrani tergantung orang tuanya dalam mendidik dan
mempengaruhinya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak atau putra-putri Islam,
para ulama menyatakan bahwa kewajiban pertama kali bagi setaip orang tua
adalah menanamkan akidah dan tauhid. Maka langkah pertama kali bagi
orang tua yang merupakan kewajibannya sebagai adalah menegenalkan mereka
kepada Allah SWT, sebagai Tuhannya, serta mengajarkan mereka tentang
nilai-nilai ketuhanan.
Dalam hal ini, tidak selalu harus ditempuh dengan memberikan
pelajaran formal dalam forum khusus atau tertentu, namun bisa
memesukkannya ke dalam bentuk budaya dan prilaku sehari-hari. Sebagai
contoh adalah dengan mengajarkan bacaan basmalah dan hamdalah serta
doa-doa ringan sebelum dan sesudah mengerjakan sesuatu yang baik dalam
aktivitas kesehariannya, dan kita pun mencontohkannya.
Di samping nilai-nilai ketuhanan seperti disebutkan diatas, juga
pendidikan yang harus sejak dini di tanamkan kepada anak adalah
kesadaran akan kewajiban kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda “Suruhlah
anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka sudah berusia tujuh
tahun. Dan jiak mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah
(dengan pukulan yang tidak membahayakn) jika tidak mau melaksanakannya.
Kemudian pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR al-Hakim)
Memeperhatikan hadits tersebut di atas jelaslah bagi kiat tentang
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya mengenai
kewajiban-kewajibannya. Ketika anak-anak telah mencapai usia tujuh
tahun, di mana anak-anak sudah memasuki usia tamyiz, orang tua sudah
harus memerintahkannya, melaksanakan kewajiban kepada Tuhannya, yaitu
shalat.
Berarti pula bahwa sebelum menginjak usia tersebut kita dituntut
untuk mengajarkan segala hal yang bertalian cenagn kewajiaban shalat,
separti tata cara berwudlu, mengenai najis dan hadats, dan lain
sebagainya.Hal yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak, adalah
keteladanan yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya,
mengingat kondisi anak-anak yang cenderung ingin meniru setiap perilaku
yang terlihat di dalam lingkungannya. Sementara ia belum mengerti
tentang baik dan buruk, belum memahami bahaya yang akan menjerumuskan ke
dalam jurang kenistaan. Maka perhatian orang tua, sebagai orang yang
paling dekat dengan anak-anak haruslah selalu memperhatikan aspek etika
dan moral agama.
Pada prinsipnya ada beberapa hal yang menjadi hak anak, yang menjadi kewajiban bagi orang tua:
Pertama, orang tua berkewajiban memberi nama anaknya dengan
nama yang baik dan terpuji. Seperti, Muhammad, ahmad, dan nama-nama lain
yang bermakna baik.
Kedua, menanamkan akidah dan akhlak kepada putra-putrinya.
Ketiga, mengajarkan kecintaan pada Al-Qur’an sebagai kitab suci yang menjadi pegangan hidup bagi orang yang beriman.
Keempat, jika putra-putri itu telah dewasa dan telah
berkemampuan, maka kewajiban berikutnya sebagai orang tua adalah
menikahkannya dengan pasangan yang beriman dan berbudi pekerti yang
baik.
Memperhatikan sekilas gambaran diatas, sebagai orang tua, kita harus
sadar bahwa betapa besar tanggung jawab kita dalam mengemban amanah yang
berupa anak tersebut. Maka sangat disayangkan jika terjadi salah asuh,
sehingga tumbuh menjadi generasi yang bukan lagi harapan, namun malah
menjadi beban. Penting juga diperhatikan bahwa mendidik anak jangan
sampai hanya terbatas mengisi otaknya, tetapi jiwanya harus diisi dengan
nilai-nilai spiritual religius, sehingga kelak disamping intelek juga
alim dan berbudi luhur.
Sangat disesalkan adanya sementara orang tua yang memiliki perhatian
besar tentang kepandaian, kecerdasan dan keterampilan anaknya, namun
tidak memiliki perhatian yang memadai tentang kondisi jiwanya serta
pendidikan rohaniahnya. Terlebih lagi dengan orang tua yang tidak
memiliki perhatian terhadap pendidikan, membiarkannya tanpa pengarahan
atau bahkan hanya menjejalinya denagn materi tanpa kasih sayang dan
jiwanya tidak diisi dengan niali-nilai rohani keagamaan.
Ketika kita juga memperhatikan lingkungan disekitar kita ini,
sebagian besar anak-anak yang bermasalah bahkan sampai membuat kewalahan
orang tuanya adalah anak-anak yang jiwanya tidak tersentuh dan tidak
terisi oleh moral keagamaan yang memadai. Sebaliknya, anak-anak yang
mendapatkan pendidikan moral dan rohani yang cukup di
samping.intelgensianya, akan tumbuh menjadi generasi yang berkualitasdan
bermoral dalam setiap aktivitas kehidupannya. Dalam kapasitas kita
sebagai orang tua sudah seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anak
kita, dan pendidikan yang diterima anak dari orang tualah yang akan
menjadi dasar dari pembinaan kepribadian anak. Dengan kata lain, orang
tua jangan sampai membiarkan pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan,
atau diserahkan pada guru sekolah saja atau pembantu rumah tangga.
Inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam realitas kehidupan kita.
Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah jangan sampai kita
meninggalkan generasi yang lemah dibalakang kita, dalam hal ini
perhatikan firman Allah Swt. Berikut ini. “Dan hendaklah takit
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapakan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa`: 9)
Semoga Allah menganugerahi kita keturunan dan generasi yang shaleh
dan shalehah, serta menganugerahakn rahmat dan petunjukNya kepada kita
untuk dapat mencapai kedamaian, dan kebahagiaan hidup baik didunia
maupun di akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
sumber: http://eddysetia.wordpress.com
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Comments