Penulis
bernama LhinBlue, seorang staf di biro PPSDM (Pengembangan dan
Pembinaan Sumber Daya Muslim) SALAM UI, yang baru saja menyelesaikan
studi S1 di Kimia FMIPA UI
###
Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB..
”Ada FB ga?”
”Ga ada. Adanya blog multiply. perempuanlangitbiru.multiply.com..”
Tak berapa lama kemudian.
”Kok
foto di MPmu (multiply, red), anak kecil semuanya siih? Fotomu mana?”,
tanya seorang akhwat yang baru dikenal dari forum radiopengajian.com.
”Itu semua foto keponakanku yang lucu..”, jawabku.
Suatu hari di pertemuan bulanan arisan keluarga..
"De' kok di FBmu ga ada fotomu siih?" tanya kakak sepupu yang baru aja ngeadd FB-ku.
"Hehe.. Ntar banyak fansnya.." jawabku singkat sambil nyengir.
Suatu siang di pertemuan pekanan..
"Kak, foto yang aku tag di FB diremove ya? Kenapa kak?" tanya seorang adik yang hanya berbeda setahun dibawahku..
"He.." jawabku sambil senyum nyengir yang agak maksa.
Suatu malam di rumah seorang murid.
”FBmu apa? Saya add ya..” tanya bapak dari muridku.
Setelah add FBku sang bapak bertanya, ”Kok ga ada fotonya siih?”
Aku hanya bisa ber-hehe-ria.
Dari beberapa kejadian itu, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa yang pertama kali dilihat orang ketika meng-add FB
seseorang adalah fotonya. Entahlah apa alasannya, mungkin memang ingin
tahu bagaimana wajah sang pemilik akun FB, padahal kan yang di add
biasanya yang sudah dikenal. Lantas jika memang sang empunya akun tidak
memajang foto dirinya di FB, langsung deh jadi bahan pertanyaan, bahkan
untuk seorang akhwat sekalipun.
Jika
ditilik-tilik, fenomena foto akhwat yang bertebaran di dunia maya
nampaknya sudah bukan barang asing lagi. Kita dengan mudah menemuinya
termasuk di FB. FB yang merupakan suatu situs jejaring sosial begitu
berdampak besar bagi pergaulan masyarakat dunia, pun termasuk pergaulan
di dunia ikhwan akhwat.
Maraknya
foto akhwat yang bertebaran di FB, membuat LDK (Lembaga Da’wah Kampus)
suatu kampus ternama harus membuat peraturan yaitu tidak memperbolehkan
akhwat aktivis da’wah kampus memajang foto dirinya di FB. Tentu saja
banyak reaksi yang muncul dari peraturan dan kebijakan itu, mulai dari
yang taat menerima dengan lapang dada sampai ada juga yang mem’bandel’.
Namun apalah arti sebuah peraturan jika memang kita tidak mengetahui
fungsi dan tujuannya dengan benar, dapat dipastikan peraturan hanya
untuk dilanggar jika ditegakkan tanpa kepahaman.
***
Di suatu pertemuan para akhwat aktivis da’wah kampus..
”Ayolaaah,
foto bareng..” rayuku sebagai fotografer ketika terheran-heran melihat
seorang akhwat yang tidak mau ikut foto, menjauhi kumpulan akhwat yang
siap-siap berpose.
Selidik
punya selidik ternyata akhwat tersebut kapok untuk difoto karena
fotonya beredar di FB padahal dia ga punya FB. Fotonya bisa beredar di
FB karena teman-teman satu jurusan mengunduh foto momen bersama di FB
yang tentu saja ada dirinya di dalam foto itu. Padahal saat itu, aku
belum punya FB (hanya memiliki blog di multiply) dan tidak terbersit
sedikit pun berniat untuk mempublish foto itu di dunia maya, yaaa hanya
untuk disimpan di folder pribadiku. Foto kebersamaan dengan para saudari
seperjuangan yang bisa membangkitkan semangat di saat-saat tak
bersemangat, hanya dengan melihatnya.
Jika
diperhatikan dengan seksama, ternyata benar bahwa orang-orang termasuk
akhwat sudah terbiasa berkata, ”Nanti jangan lupa di upload n di tag in
di FB ya..” setelah melakukan foto bersama.
Benar
saja! Di suatu kesempatan berselancar di dunia maya, di saat aku
akhirnya memutuskan membuat akun FB, melihat-lihat, berkunjung ke FB
para akhwat, dan ternyata benar saja foto-foto akhwat dengan mudah
dilihat para pengguna FB yang telah menjadi temannya. Aku yang memiliki
kepribadian idealis-pemimpi agak terkejut juga melihat hal itu, secara
baru terjun di dunia perFBan.
Terkejut
karena kecantikan para akhwat dengan mudah dinikmati oleh orang lain.
Aku agak bingung juga harus bagaimana melihat fenomena akhwat
facebook-ers. Ada kekhawatiran apakah terlalu idealisnya pikiranku yang
mungkin sebenarnya mengunduh foto sudah menjadi hal yang biasa saja di
kalangan para akhwat. Itulah realita yang ada. Entah apa yang
melatarbelakangi para akhwat akhirnya mengunduh foto pribadinya atau
bersama rekan-rekannya di FB.
Hingga akhirnya pada suatu hari, terjadilah sebuah percakapan:
”Kenapa siih yang dilarang majang foto itu cuma akhwat? Kenapa ikhwan
juga ga dilarang?? Bukannya sama aja ya? Sama-sama bakalan dinikmati
kecantikan atau kegantengannya kan?” tanyaku bertubi-tubi kepada seorang
saudari yang sepemikiran denganku tentang fenomena foto akhwat di FB.
”Ya
beda-lah.. Coba kita liat para cewek yang ngefans sama artis-artis
cowok Korea, mereka cuma ngeliat cowok Korea itu sekadar suka-suka yang
berlebihan.. Udaaaah, hanya sebatas suka ngeliat. Tapi kalo cowok yang
ngeliat foto cewek, itu beda. Kamu tau kan kalo daya lihat para cowok
itu berbeda? Ada pemikiran-pemikiran tertentu dari para cowok ketika
melihat seorang cewek bahkan hanya sekadar foto.”
Hmm..
yayaya.. Memang aku pernah mendengar bahwa daya lihat seorang laki-laki
itu 3 dimensi. Laki-laki bisa membayangkan dan memikirkan hal-hal yang
abstrak diluar dari yang dia lihat. Bahkan katanya lagi, seorang
laki-laki bisa saja memikirkan seorang perempuan tanpa berbusana hanya
karena melihat seorang perempuan yang berbusana mini berlalu di
hadapannya. Namun kebenaran itu belum bisa kubuktikan karena aku
hanyalah seorang perempuan biasa bukan seorang laki-laki.
Pantas saja Allah memerintahkan kita untuk menahan pandangan, seperti dalam firman-NYA:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,"Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. . . .
.” (QS. An-Nuur [24] : 30-31)
Ayat ini turun saat Nabi Shalallahu a’laihi wassalam pernah
memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau
melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu
haji. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”
Dari
ayat diatas dapat dilihat bahwa yang diperintahkan untuk menahan
pandangan bukan saja laki-laki namun juga perempuan. Untuk itu, sudah
seharusnya kita menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak seharusnya
kita pandang.
Lalu apa hubungannya dengan pemajangan foto di dunia maya?
Jika
dulu kasus menjaga pandangan hanya karena bertemu dan bertatap
langsung, namun saat ini sudah lebih canggih lagi, tanpa bertemu dan
bertatap pun, godaan menahan pandangan itu tetap ada. Ya! Bisa jadi
dengan banyaknya bertebaran foto akhwat di dunia maya, itulah godaan
terbesar. Buat para ikhwan, harus mampu menahan pandangan di saat
berselancar di dunia maya, di saat-saat kesendirian berada di depan
layar komputer ataupun laptop. Kondisikan hati terpaut dengan Allah
saat-saat kesendirian, jangan sampai kita menikmati foto akhwat yang
bertebaran di dunia maya. Buat para akhwat, yang memang merupakan godaan
terbesar bagi para ikhwan, akankah kita terus menciptakan peluang untuk
membuat para ikhwan ter’paksa’ memandangi foto-foto pribadi kita?
***
Kejadian
demi kejadian yang kutemukan di dunia maya begitu banyak menyadarkanku
akan pentingnya seorang akhwat menjaga dirinya untuk tidak mudah
mengupload foto dirinya di dunia maya.
Beberapa
hari belakangan ini, ketika sedang mencari desain kebaya wisuda untuk
muslimah berjilbab di mesin pencari google, diri ini dipertemukan dengan
sebuah blog yang bernama 'jilbab lovers'. Pecinta jilbab. Ya! Sesuai
namanya, di blog itu berisi hampir semuanya adalah foto-foto muslimah
berjilbab dengan berbagai pose. Di antara beberapa foto muslimah
berjilbab itu, aku temukan 3 komentar yang mengomentari foto seorang
gadis, aku akui gadis dalam foto itu sungguh cantik, memenuhi kriteria
wanita cantik yang biasanya dikatakan sebagian besar orang. Beginilah
kurang lebih komentar 3 orang laki-laki pada foto gadis itu dengan
sedikit perubahan:
”Itu baru namanya gadis .. cantik nan islami.. sempuuuuurnaaaa... salam kenal..”
”Subhanallah ada juga makhluk Allah seperti ini ya..”
”Subhanallah..”
Jika
kita lihat ke-3 komentar diatas, bisa dilihat bahwa komentarnya begitu
islami dengan kata-kata Subhanallah namun juga menyiratkan bahwa sang
komentator begitu menikmati kecantikan sang gadis di dalam foto. Hal ini
menandakan bahwa siapapun yang melihat foto itu memang pada akhirnya
akan menikmati kecantikan sang gadis berjilbab. Allahurobbi,
akankah kita -para akhwat- rela jika kecantikan diri kita dapat dengan
bebas dinikmati oleh orang lain yang belum halal bagi kita bahkan belum
kita kenal?
Mungkin
akan ada sebagian dari kita -para akhwat- yang akan menepisnya,
”Aaahh,, itu kan foto close up. Kalo foto bareng-bareng ya gpp donk?”
Hmm..
ada satu lagi yang kutemukan di dunia maya mengenai foto muslimah
berjilbab. Pernah suatu hari, ketika diri ini mencari gambar kartun
akhwat untuk sebuah publikasi acara LDF (Lembaga Da’wah Fakultas) di
mbah google, kutemukan foto muslimah berjilbab yang sudah diedit
sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gambar porno. Memang gambar itu
tidak kutemukan langsung diawal-awal halaman pencarian google, tapi
berada di halaman kesekian puluh dari hasil pencarian keyword yang aku
masukkan. Terlihat foto wajah sang muslimah begitu kecil (kuduga dicrop
dari sebuah foto) dan dibagian bawah wajah sang muslimah berjilbab
diedit dengan dipasangkan foto/gambar sesuatu yang seharusnya tidak
diperlihatkan. Naudzubillahimindzalik..
Bagaimana
perasaan kita jika seandainya melihat foto diri kita sendiri yang sudah
diedit menjadi gambar porno dan dinikmati oleh orang banyak di dunia
maya? Atau bagaimana perasaan kita jika ada kerabat dekat yang melihat
foto kita yang sudah diedit sedemikian rupa menjadi gambar porno?
Semoga saja hal ini tidak menimpa diri kita. Ya Rabb,, bantu kami –para akhwat- untuk menjaga kemuliaan diri kami..
Mungkin kita bisa mengambil teladan dari kejadian di bawah ini...
Suatu
ketika, diri ini menemukan blog (multiply, red) seorang ustadz. Dalam
blog itu, terlihat foto sang ustadz bersama ketiga anaknya yang masih
kecil, tanpa terlihat ada istrinya. Di bawah foto itu diberi keterangan,
”mohon maaf tidak menampilkan foto istri saya..”
Dari
situ aku ambil kesimpulan bahwa sang ustadz sepertinya memang tidak
ingin menampilkan foto sang istri. Bisa jadi karena begitu besar
cintanya terhadap sang istri, maka tak boleh ada yang menikmati
kecantikan sang istri selain dirinya, begitu dijaga sekali kemuliaan
istrinya. Ya Rabb, semoga kami -para akhwat- bisa menjaga kemuliaan diri
kami..
Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di bawah ini...
Baru
saja kemarin, di perkampungan multiply, MP, ada berita bahwa ada
seorang ikhwan yang tiba-tiba minta ta’aruf dengan seorang akhwat
padahal belum kenal sang akhwat dan hanya melihat foto sang akhwat di
FB. Huufffhh.. ada-ada aja..
Jika diliat dari akar masalahnya mungkin berasal dari foto sang akhwat di FB, bukan begitu?
Jadi, apa yang akan kita –para akhwat- lakukan setelah ini?
***
Tulisan
ini dipublish terutama ditujukan pada diri sendiri sebagai seorang
akhwat serta untuk saling mengingatkan para facebookers yang lain.
Semoga kita bisa menjaga kemuliaan diri kita sebagai seorang akhwat
ketika berada di dunia maya.
”Kejahatan itu bukan hanya sekadar berasal dari niat seseorang untuk berbuat jahat tapi karena ada kesempatan.
Waspadalah.. Waspadalah..”
Semangat bermanfaat!
Jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita
###
Penulis
bernama LhinBlue, seorang staf di biro PPSDM (Pengembangan dan
Pembinaan Sumber Daya Muslim) SALAM UI, yang baru saja menyelesaikan
studi S1 di Kimia FMIPA UI
Mahasiswi Kimia FMIPA UI 2006
sumber: pendiari.blogspot.com
sumber: pendiari.blogspot.com
Comments