Sejarah transportasi darat di negeri kita ini sebenarnya menarik untuk diteliti. Data-data tertulis maupun visual mengenainya sebenarnya cukup banyak. Namun belum ada yang berminat menelitinya secara serius. Foto klasik yang kami turunkan dalam rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini mungkin bisa membawa inspirasi kepada pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang sejarah transportasi darat dan pengaruh sosialnya di Minangkabau.
Foto ini merekam generasi pertama perusahaan angkutan umum antar kota di Sumatra Barat. Dari nama yang tertera di dindingnya, ‘Landsautomobieldiens S.S’, ada kesan bahwa perusahaan angkutan umum ini mungkin dikelola (atau dimodali) oleh Pemerintah Kolonial pada waktu itu. Tidak diketahui tarikh pasti pembuatan foto yang berukuran 9 x12 cm. ini. Dikatakan bahwa perusahaan oto seperti ini eksis di Fort de Kock (sekarang: Bukittinggi) pada periode 1900 – 1940-an. Model mobilnya memang masih sederhana tapi dianggap cukup canggih pada zaman itu. Kaca depannya bisa dibuka dan angin bisa masuk ke dalam yang langsung menerpa wajah para penumpang. Jelas waktu itu belum ada AC dalam mobil angkutan umum seperti ini. Coba perhatikan pula bahwa mobil ini tida punya kaca spion. Buat apa kaca spion pada waktu itu, karena lebih raya belum dipenuhi oleh berbagai jenis kendaraan bermesin seperti sekarang yang larinya kencang bagai orang dikejar setan.
Generasi sepuh Minangkabau yang masih hidup sekarang tentu pernah merasakan naik angkutan antar kota seperti ini. Biasanya mesin oto seperti ini dihidupkan pakai engkol di depannya. Para penumpang duduk di bangku panjang di dalam oto dan barang-barang ditaruh di atap oto. Sering sekali barang-barang itu kelihatan sangat besar dan menggunung. Kenek (sitokar) sering harus duduk di atap oto itu untuk menjaga barang-barang.
Perusahaan angkutan umum antar kota jelas sudah lebih awal berkembang di Sumatra Barat. Ini disebabkan oleh budaya merantau orang Minangkabau. Oto atau bus telah berjasa membawa orang Minang ke rantau atau balik ke kampung. Berbagai perusahaan bus umum antar provinsi telah jatuh bangun. Yang memberikan servis terbaik sering lebih lama bertahan. Juga bunyi kalason oto Gumarang itu…terngiang-ngiang di telinga, raso urang rantau juo nan lah pulang.
Suryadi – Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum Amsterdam).
Singgalang, 20 Mei 2012
Comments