Fakta-fakta dan    problem

Sejarah Pada sebuah tempat yang bernama    Sungai Udang kira-kira 23 mil dari Seremban menuju Port Dickson terdapat sebuah    makam keramat. Disana didapati juga beberapa batu bersurat seperti tulisan batu    bersurat yang terdapat di Batu Sangkar. Orang yang bermakam disana bernama Syekh    Ahmad dan berasal dari Minangkabau. Ia meninggal dalam tahun 872 H atau 1467    Masehi. Dan masih menjadi tebakan yang belum terjawab, mengapa



kedatangan Sekh    itu dahulu kesini dan dari luahk mana asalnya.

]aja Berasal Minangkabau

Dalam naskah pengiriman raja-raja    yang delapan orang antaranya dikirimkan ke Rembau, Negeri Sembilan bernama

Malenggang    Alam. Tetapi bilamana ditinjau sejarah negeri Sembilan raja Minangkabau pertama    dikirimkan kesini Raja Mahmud yang kemudian bergelar Raja Malewar.

Raja Malewar memegang kekuasaan antara    tahun 1773-1795. Beliau mendapat 2 orang anak Tengku Totok dan puteri bernama    Tengku Aisah. Beliau ditabalkan di Penajis Rembau dan kemudian pindah ke istana    Seri Menanti. Sehingga sekarang masih populer pepatah yang berbunyi :

Be raja ke Johor
Bertali ke Siak
Bertuan ke Minangkabau

Kedatangan beliau ke Negeri Sembilan    membawa selembar rambut yang kalau dimasukkan ke dalam sebuah batil atau cerana    akan memenuhi batil atau cerana itu. Benda pusaka itu masuh tetap dipergunakan    bila menobatkan seorang raja baru. Yang mengherankan kenapa sesudah meninggalnya    Raja Malewar dalam tahun 1795 tidak diangkat puteranya menjadi raja melainkan    sekali lagi diminta seorang raja dari Minangkabau. Dan dikirimlah Raja Hitam    dan dinobatlkan dalam tahun 1795. Raja Hitam kimpoi dengan puteri Raja Malewar    yang bernama Tengku Aisyah sayang beliau tidak dikarunia putera.

Raja Hitam kimpoi dengan seorang perempuan lain bernama Encek Jingka. Dari isterinya    itu beliau mendapat 4 orang putera/puteri bernama : Tengku alang Husin, Tengku    Ngah, Tengku Ibrahim dan Tengku Alwi. Dan ketika beliau wafat dalam tahun 1808    mengherankan pula gantinya tidaklah diangkat salah seorang puteranya.

Tetapi sekali lagi dikirimkan perutusan    ke Pagaruyung untuk meminta seorang raja baru. Dan dikirimlah Raja Lenggang    dari Minagkabau dan besar kemungkinan inilah Raja Melenggang Alam yang dikirimkan    dari Minangkabau dan tersebut dalam naskah pengiriman raja-raja yang Delapan    di Minangkabau.

Raja Lenggang memerintah antara tahun    1808 sampai tahun 1824. Raja Lenggang kimpoi dengan kedua puteri anak raja Hitam    dan mendapat putera dua orang bernama : Tengku Radin dan Tengku Imam.

Ketika raja Lenggang meninggal dinobatkanlah    Tengku Radin menggantikan almarhum ayah beliau. Dan inilah raja pertama Negeri    Sembilan yang diangkat oleh Pemegang Adat dan Undang yang lahir di Negeri Sembilan.    Dan keturunan beliaulah yang turun temurun menjadi raja di Negeri Sembilan.    Raja Radin digantikan oleh adiknya Raja Imam (1861-1869). Dan selanjutnya raja-raja    yang memerintah di Negeri Sembilan : Tengku Ampuan Intan (Pemangku Pejabat)    1869-1872, Yang Dipertuan Antah 1872-1888, Tuanku Muhammad 1888-1933, Tuanku    Abdul Rahman 3/8/1933-1/4/1960, Tuanku Munawir 5/4/1960-14/4/1967, Tuanku Ja'far    dinobatkan 18/4/1967.

Terbentuknya Negeri    Sembilan

Semasa dahulu kerajaan negeri Sembilan    mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Minangkabau. Yang menjadi raja dinegeri    ini asal berasal dari keturunan Raja Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti.    Adat istiadatnya sama dengan Minangkabau, peraturan-peraturannya sebagiannya    menurut undang-undang adat di Minangkabau. Mereka mempunyai suku-suku seperti    orang Minangkabau tetapi berbeda cara pemakaiannya.

Perpindahan penduduk ini terjadi    bermula pada abad ke :XIV yaitu ketika pemerintah menyarankan supaya rakyat    memperkembang Minangkabau sampai jauh-jauh diluar negeri. Mereka harus mencari    tanah-tanah baru, daerah-daerah baru dan kemudian menetap didaerah itu. Setengahnya    yang bernasib baik dapat menemui tanah kediaman yang subur dan membuka tanah    dan membuat perkampungan disitu. Ada pula yang bersatu dengan rakyat asli yang    ditemui merka dan menjadi pemimpin disana. Sudah tentu adat-adat, undang-undang,    kelaziman dinegeri asalnya yang dipergunakannya pula dinegeri yang baru itu.    Sebagai sudah diuraikan orang-orang Minangkabau itu menjalani seluruh daerah    : ke Jambi, Palembang, Indragiri, Taoung Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah    lainya. Sebagiannya menyeberangi Selat Melaka dan sampai di Negeri Sembilan.

Pada abad ke XVI pemerintahan negeri    mereka disana sudah mulai tersusun saja. Mereka mendirikan kerajan kecil-kecil    sebanyak 9 buah dan kesatuan kerajan kecil-kecil itu mereka namakan NEGERI SEMBILAN.    Negara ini terjadi sewaktu Minangkabau mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil    ini dan diperlindungkan dibawah kerajan Johor. Setelah negara kesatuan ini terbentuk    dengan mufakat bersama dengan kerajaan Johor dimintalah seorang anak raja Pagaruyung    untuk dinobatkan menjadi raja di Negrei Sembilan itu. Pada waktu itulah bermula    pemerintahan Yang Dipertuan Seri Menanti.

Asal usul anak negeri disitu kebanyakan    dari Luhak Lima Puluh Kota yaitu dari : Payakumbuh, Sarilamak, Mungka, Batu    Balang, Batu Hampar, Simalanggang dan sebagian kecil dari Luhak Tanah Datar.    Dari negeri-negeri mana mereka berasal maka nama-nama negeri itulah menjadi    suku mereka. Sebagian tanda bukti bahwa rakyat Negeri Sembilan itu kebanyakan    berasal dari Luhak Lima Puluh Kota sampai sekarang masih terdapat kata-kata    adat yang poluler di Lima Puluh Kota : "Lanun kan datang merompak, Bugis    kan datang melanggar". Kata-kata adat ini sering tersebut dalam nyanyian    Hikayat Anggun nan Tunggal Magek Jabang. Di tanah Melaka kata-kata ini menjadi    kata sindiran atau cercaan bagi anak-anak nakal dan dikatakan mereka "anak    lanun" atau anak perompak.

Kalau dibawa kepada jalan sejarah    diatas tadi, maka yang dimaksud dengan "lanun" itu ialah perompak,    rakyat dari Raja Daeng Kemboja yang hendak merampas Negeri Sebilan. Dan Bugis    adalah nama negeri asal Daeng Kemboja tadi. Dan memang aneh, kata lanun yang    jadi buah nyanyian oleh rakyat Lima Puluh Kota ini tidak dikenal oleh rakyat    Luhak Agam dan sedikit oleh rakyat rakyat Luhak Tanah Datar. Karena memang fakta    sejarah keturunan anak negeri Sembilan itu sebagian besar berasal dari Luhak    Lima Puluh Kota. Nama suku-suku rakyat disana menjadi bukti yang jelas.

Oleh karena Sultan Johor sudah memberikan    bantuannya dalam melindungi rakyat Negeri Sembilan ini dari jarahan lanun atau    Daeng Kemboja, disebabkan ini pulalah Yang Dipertuan Pagaruyung memberikan bantuan    kepada Sultan Johor dalam memberikan bantuan ikut bertempur di Siak untuk memerangi    bangsa Aceh. Maka hubungan yang demikian rapat semenjak berabad-abad itu menjadikan    hubungan antara negara yang akrab : Negeri Sembilan pada khususnya, Indonesia    - Malaysia pada umumnya.

Sumber : urangminang.com

Comments