Merantau tidak dipungkiri adalah salah satu kebiasaan/budaya dan kesukaan dari orang Minangkabau. Walaupun tidak dipungkiri pula bahwa budaya ini juga melekat pada suku dan bangsa lain baik di Indonesia maupun di dunia.

Merantau berarti melakukan perpindahan dari daerah asal ke daerah baru dengan tujuan mencari penghidupan atau peruntungan yang lebih baik. Merantau sebenarnya juga tidak selalu identik dengan movitasi pekerjaan atau uang, akan tetapi bisa saja berdasarkan motivasi pendidikan, pendewasaan diri, ataupun pendidikan mental. Misalnya merantau untuk melanjutkan kuliah , menjajal kemampuan berdagang, bernegosiasi, dll. Kalaulah boleh disamakan, maka merantau sama dengan berhijrah, berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk hidup yang lebih baik.



Budaya merantau ini sangat melekat di masyarakat Minangkabau. Pemuda Minangkabau yang berusia belasan tahun dimotivasi untuk merantau, baik dengan alasan melanjutkan pendidikan atau berdagang. Tempat tujuan mereka merantau pun bervariasi, dari yang dekat sampai yang jauh, dari daerah di Sumatera sampai ke Papua. Dari dalam negeri sampai ke luar negeri. Umumnya perantau Minang ini mencari kota-kota besar sebagai tujuan. Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang, Lampung menjadi daftar tujuan orang Minang dalam merantau di Sumatera. Bandung, Jakarta, dan Surabaya menjadi urutan yang sama untuk daerah Jawa. Adat Minangkabau pun menyitir masalah merantau ini seperti yang terdapat dalam pantun , "Marantaulah bujang dahulu, dirumah baguno baluh" - artinya "Pergilah engkau merantau wahai pemuda, di rumah engkau belum ada gunanya".

Diperkirakan sekitar 4-5 juta orang Minangkabau berada di perantauan, dan 4 juta orang berada di Sumatera Barat. Sekitar 1 juta orang diperkirakan berada di daerah Jabodetabek. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minangkabau . Dan itu artinya sekitar 1/10 dari penduduk Jabodetabek. Jumlah ini adalah jumlah perkiraanku saja berdasarkan literatur dan pembicaraan disana sini. Umumnya para perantau ini berprofesi sebagai pedagang baju, seperti di Tanah Abang, Jakarta, pengelola rumah makan Padang, pedagang, supir metromini, dan karyawan.

Secara tidak langsung, efek yang timbul dari merantau itu sendiri bervariasi tergantung dari orangnya sendiri. Dari pengalaman dan pembicaraan sesama orang Minang, merantau sangatlah baik untuk memperluas wawasan, meningkatkan kepercayaan diri, memperbanyak pertemanan dan kesempatan. Seperti layaknya motto "Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit", maka orang yang merantau bisa belajar lebih banyak lagi mengenai dunia lain, budaya lain, sehingga terbentuk rasa toleransi dan menghargai yang lebih baik. Orang yang mau merantau pun diberi berbagai nasihat dalam menjalani hidup di perantauan agar bisa tetap bertahan hidup.

Comments