Setiap suku bangsa memiliki cerita asal usul. Demikian pula dengan suku Minangkabau. Cerita mengenai asal usul dan sejarah di Minangkabau dikenal dengan nama Tambo. Tambo ini berisikan berbagai macam cerita menarik mengenai asal usul kedatangan nenek moyang Minangkabau ke pulau Sumatera, asal usul nama daerah di Minangkabau, atau pun asal usul sesuatu yang terjadi di masa lalu di alam Minangkabau. Tambo ini sejenis dengan babad Tanah Jawi di Jawa, atau babad Pasundan di Sunda.
Konon , istilah "Tambo" ini berasal dari bahasa Sanksekerta yaitu tambay atau tambe yang artinya : bermula. Iseng-iseng aku cari arti kata tambay yang ternyata berarti lebih kurang "Permulaan, pertama kali, membuat jadi, atau usaha". Jadi artinya hampir semirip yaitu cerita mengenai asal muasal dari sesuatu terjadi.
Bentuk fisik dari tambo ini sendiri berupa naskah-naskah yang ditulis dalam huruf Arab Melayu ataupun dalam huruf latin. Lokasi naskah-naskah ini pun ada yang berada di Sumatera Barat sendiri, Museum Nasional Jakarta, Universitas Leiden Belanda, dan perpustakaan di London. : (sumber informasi)).
Alur cerita pada tambo boleh dikatakan tidak memperhitungkan kalkulasi waktu atau tahun. Didalam Tambo, penanggalan tidak terlalu penting. Penceritaannya pun penuh dengan perumpamaan, hiperbola, dan kata-kata yang harus diinterpretasi dulu agar bermakna. Namun didalam tambo terdapat asal usul sesuatu dan cerita yang membuat sebuah tempat, peristiwa, dan sejarah di Minangkabau menjadi bermakna bagi orang yang penasaran dengan hal itu.
Tambo itu sendiri konon mempunyai beberapa versi untuk penceritaan yang sama. Hal ini dapat dimaklumi, karena adanya tradisi penceritaan Tambo melalui lisan yang cukup kuat di Minangkabau mengakibatkan sebuah cerita bisa mempunyai banyak versi.
Ketika berbicara tentang Tambo, si Rajo Angek kembali merenung ke masa lalu. Mengenang sewaktu menonton aksi penceritaan Tambo di pasar Ateh, Bukittinggi. Dengan sedikit pantun, sambah manyambah, dan gayanya khas tukang jual obat, beliau menjajakan dagangannya berupa buku tentang Tambo Alam Minangkabau dan menukilkan sedikit dari isi bukunya :
Dimano titiak palito
Dibaliak telong nan batali
Dimano asa niniak kito
Dari lereng gunuang Marapi
Artinya :
Dimana titik pelita
Disebelah telong yang bertali
Darimana asal muasal nenek moyang kita
Dari lereng gunung Merapi ( gunung Merapi di Sumatera, bukan yang di Jawa)
Tambo dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Minangkabau. Walaupun Tambo bukanlah sebuah karya ilmiah yang terbukti kebenarannya, tetapi cukuplah sebagai pemuas dahaga dan keingintahuan mengenai asal muasal dari peristiwa, tempat, dan kejadian di Minangkabau. Secara pribadi, aku merasa bahwa Tambo ini lebih kepada karya seni dan budaya yang terbentuk dari penceritaan lisan dan gaya penceritaan yang puitis, yang mengasah khasanah berbudaya dan berseni dari masyarakat Minangkabau.
Dengan Tambo ini, banyak novel dan penceritaan yang dibuat. Misalnya yang pernah si Rajo Angek baca adalah "Tambo, sebuah pertemuan" karya Gus Tf Sakai. Didalamnya Tambo dianggap sebagai sumber sejarah yang bisa dikombinasikan dengan fakta sejarah yang ada, ditambahi dengan fakta keadaan sekarang, sehingga membentuk untaian cerita yang menarik.
sumber: kalalasominang.blogspot.com
- Home
- OPINI
- sastra minang
- Tambo Alam Minangkabau
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Comments